.
Hakikat Puasa Bagi Umat Muslim, Tak Hanya Sekadar Menahan Lapar dan Haus
Jakarta,
NU Online
Setiap
manusia pasti memiliki nafsu, terlepas dari itu apakah hubungannya nafsu dengan
Ramadhan? Profesor Quraish Shihab menjelaskan bahwa salah satu hakikat puasa
adalah mengendalikan nafsu, bukan membunuh nafsu. Mengendalikan nafsu adalah
kunci utama dalam beribadah puasa. “Jadi nafsu itu dikendalikan bukan
dibunuh atau dicegah sama sekali. Nah, puasa tujuannya untuk itu," kata
Prof Quraish dalam tayangan Shihab & Shihab (2) bertajuk Nafsu, Selasa
(5/4/2022).
Ia juga menjelaskan bahwa dalam beberapa
kesempatan, nafsu menjadi suatu kebutuhan bagi manusia. Misalnya, ketika
mendapat kesulitan, kesusahan, nafsu dibutuhkan untuk kekuatan bertahan hidup.
“Bukan
mematikan, nafsu kita butuhkan. Ada penjajah memasuki negeri kita, nafsu amarah
harus muncul untuk mengusirnya. Contoh lainnya adalah apabila kita lapar maka
kita membutuhkan nafsu makan, namun tetap harus dikendalikan,” jelas penulis
Tafsir Al-Misbah itu. Selanjutnya, dengan terperinci
alumni Universitas Al-Azhar Kairo itu menerangkan jenis-jenis nafsu yang
termaktub dalam Al-Qur’an. Pertama, nafsu muthmainnah (jiwa yang tenang). Nafsu
jenis ini dikisahkan Nabi saw kepada seorang mukmin yang senantiasa bersyukur
dan bersabar.
“Apapun
yang terjadi dia tenang. Nabi melukiskan seorang mukmin itu selalu menakjubkan.
Kalau dia mendapat nikmat bersyukur, kalau dia kena musibah dia bersabar,
sehingga dirinya selalu tenang,” tutur Pendiri Pusat Studi Al Quran (PSQ) itu.
Kedua, lanjut Prof Quraish, nafsu lawwamah atau nafsu yang selalu
mengecam ketika melakukan dosa. Maksudnya, nafsu yang menyadarkan seorang
mukmin untuk tidak mengulangi keburukan yang sama.
“Jadi, dia lakukan dosa, tapi tidak lama
kemudian dia sadar bahwa itu sebenarnya buruk sehingga dia kecam jiwanya,”
jelasnya menerangkan. Diurutan terakhir, kata Prof Quraish, adalah nafsu
ammaratu bissuu atau nafsu yang selalu mendorong untuk berbuat buruk. Nafsu ini
memiliki kriteria tak pernah puas/serakah. “Nafsu tersebut laiknya
seorang anak kecil yang enggan disapih oleh ibunya. Manusia sebagai pengendali
harus tegas dalam menghadapinya, semata-mata untuk kebaikan,” ucap penulis buku
Membumikan Al-Qur’an itu.
Karenanya,
ia menegaskan, hanya dengan kekuatan jiwa seseorang, nafsu yang selalu
mendorong kepada keburukan ini dapat terhalangi. “Orang yang tidak kuat, itu
menuruti nafsunya sehingga tidak memiliki kepuasan dalam dirinya,” tegas Prof Quraish.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Aiz Luthfi
Sumber: https://www.nu.or.id/nasional/hakikat-puasa-menurut-prof-quraish-shihab-xXcuc